Jumat, 07 September 2012

PERANAN MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SUMEDANG TERHADAP KELESTARIAN BENDA-BENDA BERSEJARAH

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini.
Penyusunan Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas  Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Dan dalam penyusunan Makalah ini kami beri judul “Peranan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang Terhadap Kelestarian Benda- Benda Bersejarah“. Adapun tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas.
Dalam menyelesaikan Makalah ini banyak dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada :
1.    Dadang Gunadi, Drs., selaku Ketua STKIP UNSAP Sumedang.
2.    MT. Hartono Ikhsan, S.Psi I, selaku Ketua Program Studi PAUD.
3.    Dahya Sudrajat, Drs. M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi.
4.    Orang tua yang selalu memberi dukungan.
5.    Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis, mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT., baik di Dunia maupun di Akhirat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak.
Akhir kata penulis penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Sumedang, Mei  2011

Penulis

    ii


BAB I
PENDAHULUAN



1.2    LATAR BELAKANG
Suatu rangkaian peristiwa-peristiwa sejarah pada masa lalu tentunya banyak meninggalkan bukti-
bukti sejarah. Bukti-bukti sejarah ini merupakan fakta atau bukti nyata yang menandai adanya suatu
peristiwa bersejarah di suatu daerah atau wilayah, wujud dari bukti-bukti sejarah tersebut dapat
berupa benda-benda, bangunan, kepercayaan, kebudayaan, dan sebagainya. Yang semua ini
merupakan warisan sejarah dan keberadaanny patut kita jaga kelestariannya pada masa kini agar
tidak punah.
Jika sampai bukti-bukti sejarah atau peristiwa besejarah tersebut sampai punah atau hilang maka
hal itu dapat menyebabkan peristiwa bersejarah tersebut akan di ragukan oleh masyarakat dan tidak
akan pernah sama sekali di anggap karena kurang adanya bukti yang mendukung.
Museum sebagai tempat dimana orang-orang dapat melihat benda-benda bersejarah di suati
wilayah, harta peninggalan dari sebuah peradaban, dan sisa warisan dari nenek moyang kita di masa
lampau, adalah harta yang tak ternilai harganya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang masalah, penulisa merumusakan beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut :
1. Apa saja koleksi benda-benda bersejarah yang ada di museum Prabu Geusan Ulun Sumedang?
2. Apa fungsi atau peranan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang terhadap kelestarian benda-benda bersejarah?
3. Bagaiman sejarah asal-usul kota Sumedang?


4
1.3 BATASAN MASALAH
Untuk membuat permasalahan yang lebih spesifik. Oleh karena itu kami membatasi masalah dalam hal peranan museum terhadap pelestarian benda-beda bersejarah.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan makalah ini adalah :
1. Menggambarkan dan mengenalkan benda-benda bersejarah bekas peninggalan kerajaan sumedang yang dijadikan sebagai kajian ilmu sejarah.
2. Mengetahui fungsi dan peranan museum Prabu Geusan Ulun Sumedang dalam melestarikan benda-benda bersejarah.
3. Mengetahui asal usul kota Sumedang
































5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Museum


Pengertian Museum dewasa ini adalah:
"Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan
memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian
manusia dan lingkungannya". (Definisi menurut ICOM = International Council of Museeum
(Organisasi Permuseuman Internasional dibawah Unesco). Museum merupakan suatu badan yang
Mempunyai tugasdan kewajibanuntuk memamerkan dan menerbitkan hasil- hasil penelitian dan 
pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan.

2.2 Asal Kata Museum
Museum berasal dari bahasa Yunani: MUSEION. Museion merupakan sebuah bangunan tempat
suci untuk memuja Sembilan Dewi Seni dan llmu Pengetahuan. Salah satu dari sembilan Dewi
tersebut ialah: MOUSE, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne.
Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada
waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai
ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.
2.3 Museum Prabu Geusan Ulun
2.3.1Sejarah Singkat Museum Prabu Geusan Ulun
               Peninggalan benda-benda bersejarah dan barang-barang pusaka Leluhur Sumedang, sejak Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang dan Bupati-bupati yang memerintah Kabupaten Sumedang dahulu, merupakan koleksi yang membanggakan dan besar artinya bagi kita semua, terlebih bagi keluarga Sumedang.
6

         Kumpulan benda-benda tersebut disimpan di Yayasan Pangeran Sumedang sejak tahun 1955
timbulah suatu gagasan, ingin memperlihatkan kepada masyarakat Sumedang khususnya dan masyarakat di luar Sumedang pada umumnya, bahwa di Sumedang dahulu terdapat kerajaan besar yaitu Kerajaan Sumedang Larang, dengan melihat benda-benda peninggalan Raja-raja tersebut dan sebagainya.
          Gagasan tersebut ditanggapi dengan penuh keyakinan oleh keluarga, maka direncanakan membuat museum. Setelah diadakan persiapan-persiapan yang matang dan terencana, lima tahun setelah tahun 1968 baru terlaksana, tepatnya tanggal 11 Nopember 1973 Museum Keluarga berdiri.Museum tersebut diberi nama Museum Yayasan Pangeran Sumedang, dan dikelola langsung oleh Yayasan Pangeran Sumedang.
                Pada tahun 1974, di Sumedang diadakan Seminar Sejarah oleh ahli-ahli sejarah se-Jawa Barat dan diikuti ahli sejarah dari Yayasan Pangeran Sumedang, dalam seminar tersebut dibahas nama museum Sumedang. Diusulkan nama museum adalah seorang tokoh dalam Sejarah Sumedang, ternyata yang disepakati nama Raja Sumedang Larang terakhir yang memerintah Kerajaan Sumedang Larang dari tahun 1578 - 1601, yaitu Prabu Geusan Oeloen. Kemudian nama museum menjadi Museum Prabu Geusan Ulun dengan ejaan baru untuk memudahkan membacanya.
             Gedung- gedung  yang terdapat di museum  Prabu Geusan Ulun yaitu :
1.    Gedung Srimanganti
2.    Bumi Kaler
3.    Gedung Gendeng
4.    ,  Gedung Pusaka
5.    ,Gedung Kereta
6.     Gedung Gamelan
 Pada tahun 1980, Pemerintah melalui Dinas Jawatan Permuseuman dan Kepurbakalaan Kebudayaan Jawa Barat, mengulurkan tangan dan memugar Gedung Srimanganti dan Bumi Kaler.
7

           Pada hari Rabu tanggal 21 April 1982, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. DR. Haryati Soebadio, meresmikan dan menyerahkan kedua bangunan yang selesai dipugar kepada Yayasan Pangeran Sumedang .
2.3.2 Letak Museum Prabu Geusan Ulun
         Museum Prabu Geusan Ulun terletak di tengah kota Sumedang, 50 meter dari Alun-alun ke sebelah selatan, berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara dan berhadapan dengan Gedung-gedung Pemerintah. Jarak dari Bandung 45 kilometer, sedangkan jarak dari Cirebon 85 kilometer, jarak tempuh dari Bandung 1 jam, sedangkan dari Cirebon 2 jam.
2.4 Gedung-Gedung Museum Prabu Geusan Ulun
2.4.1GedungSrimanganti
          Didirikan pada tahun 1706, masa pemerintahan Dalem Tumenggung Tanoemadja dari tahun 1706 - 1709.Kata Simangantimempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan.Dahulu gedung Simangantidikenal sebagai Rumah Negara .Fungsi Gedung Simanganti pada masa itu adalah tempat tinggalbuat Bupatiserta keluarga diantaranya Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang.
                 Pada tahun 1942 Gedung Srimanganti tidak digunakan sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya oleh Dalem Aria Soemantri dijadikan Kantor Kabupaten, sedangkanBupati dan keluargatingal diGedung Bengkok  atau sekarang disebut Gedung Negara.Pendirian gedung tersebut direncanakan oleh Pangeran Panembahan yang memerintah dari tahun 1656 - 1706, yang pernah diserbu oleh laskar-laskar Cilikwidara cs dari pasukan gabungan Banten.
Sejak selesai dibangun, maka pemerintahan pindah ke daerah baru yang disebut Regol.
Sejak itu Srimanganti dijadikan gedung tempat tinggal dan kantor oleh para bupati tempo dulu. Sedangkan untuk keluarga dibangun Bumi Kaler.



8
2.4.2 Gedung Pusaka
        Gedung Pusaka adalah Gedung museumyang kelima dari enam gedung yang ada di Museum Prabu Gesan Ulunsebagai gedung baru. F ungsi dari Gedung Pusaka tersebut yaitu sesuai dengan namanya sebagai tempat khusus menyimpanbenda- benda pusaka peninggalan para leuluhur Sumedang.
         PembangunanGedung Pusaka dibangun karena Gedung Gendengitu sebagai tempat menyimpen pusaka sudah tidak memadai, sehingga atas prakarsa Ibu Hj.Rd.Ratjih Natawdjaya ibunda dari bapak Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita, rencana gedung pusakabisa dilaksanakan dengan melibatkan Yayasan Pangeran Sumedang, Rukun Wargi SumedangDepartemen Pendidikandan Kebudayaan Sumedang.Pemda dan Direktorat Permuseuman Propinsi Jawa Barat.Pada tanggal 25 Maret 1990 pembangunanGedung Pusaka mulai dikerjakan.
Proses pembangunan Gedung Pusakamemakan waktu cukup lama yaitu tujuh (7) tahun.Selesai pada tahun 1997, kemudian diresmikan oleh Bupati Sumedang Bapak Drs. H. Moch HuseinJachjasaputra.
Isi dari Gedung Pusaka tersebut berisikan senjata- sejata kuno seperti keris,tombak dan pedang selain itu juga terdapat alat- alat makan pemberian dari Belanja sebagai supenir.Dan yang lebih istimewa lagi disana terdapat Mahkota Raja yang bernama Mahkota Binokasih yaitu sebagai peninggalan Prabu Geusan Ulun pada tahun 1578- 1601.
2.4.3 Gedung Kereta
Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembanguna Gedung Kereta.Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari MuseumPrabu Geusan Ulun yang dibangunpada tahun 1990.Fungsi gedung Kereta yaiti tempat menyimpan Kereta Naga Barong sebagai replica dari Kereta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau yang disebut Pangera Sugihdan kereta lainya yang menjadi koleksi Museum Prabu Gesan Ulun. 
2.4.4 Gedung Gamelan
        Gedung Gamelan didirikan pada tahun 1973, oleh Pemda Sumedang atas sumbangan dari Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin.
8
 Fungsi Gedung Gamelan ini sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan-Gamelan Pusaka.
Gedung Gamelan ini mengalami renovasi pada tahun 1993,selain sebagai tempat penyimpanan gamelan,Gedung Gamelan juga berfungsi sebagai tempat latihan tari klasik. Setiap satu tahun sekali Gamelan- gamelan Pusakai ni dicuci tepa nya pada waktu bulan Mulud. 
2.5 Perana atau Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun
Perana Museum Prabu Geusan Ulun yaitu untuk mememerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda – benda yang penting sebagai peninggalan sejarah Khususnya Peningalan benda-benda bersejarah kota Sumedang. Adapun fungsi lain yaitu sebagai:
1. Pusat Dokumentasi dan Penrlitian ilmiah
2. Pusat penyalura ilmu untuk umum
3. Pusat penikmatan Karya Seni
4. Pusat Perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
5. Objek Wisata
6. Media Pembnaanpendidikan Kesenian dan ilmu Pengetahuan Khususnya sejarah
7. Suaka Alm dan Suaka Budaya
8.Cermin sejarah manusia.alam dan kebudayaan
9. Sarana untuk bertakwa  kepeda Tuhan yang maha esa
         Selain itu juga Peraana museum adalahtempat menyimpn ,perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda –benda  bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya Bangsa.
2.6      Sejarah Asal Usul Kota Sumedang
 Menurut Sejarah
      Asal kata Sumedang menurut legenda rakyat Sumedang merupakan ucapan Prabu Tajimalela pada saat terjadi kejadiaan alam sekitar Tembong Agung dimana langit pada saat itu terang benderang oleh sebua cahaya yang melengkung seperti selendang (malela) selama tiga hari tiga malam.

10
 Kejadian tersebut bertepatan dengan penyerahan tahta kerajaan kepada salah satu putra mahkota dalm ujian sayembara yaitu Prabu Gajah Agung
Prabu Tajimalela berucap : ”Insun Medangan Mandangan” yang berarti Insun Medang : Aku lahir
Insun Mandangan : Aku Memberi Penerangan.Sejak itu timbul nama sebua nama Sumedang, Kemudian menjadi sebuah kerajaan ”Sumedang Larang”.
Ditinjau daru segi asal-usul kata etimologi ”Sumedang Larang”Berarti tanah yang bagus yang tak ada bandingannya.
Su : Bagus
Medang : Luas
Larang : tak ada bandingannya.

















11

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
      Setelah penulis melakukan penelitian dan pembahasan masalah mengenai peranan Museum Prabu Gesan Ulun. Maka pada Bab ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa keberadaan Museum Prabu Gesan Ulun Sumedang mempunyai peranan yang sangat besar dalam melestarikan benda-benda bersejarah.
2. Di Museum Prabu Gesan Ulun terdapat benda-benda bersejarah bekas peninggalan kerajaan sumedang pada jaman dahulu serta benda-bendan peninggalan lainnya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
3.1 Saran
Ada pun saran yang dapat dikemukanakn adalah sebagai berikut :
1. Mengingat begiti pentingnya peranan Museum Prabu Geusan Ulun terhadap pelestarian nilai sejarah, maka keberadaan Museum haruslah di jaga dan di lestarikan dengan baik oleh pihak-pihak terkait.
2. Kita selaku generasi muda harus ikut berpartisipasi dalam memelihara warisan budaya bangsa sesuia status kita sebagai generasi penerus bangsa dengan mempelajari dan mengenal benda dan sejarah budaya, bangsa dan negaranya sendiri. Apa kata dunia kalo peminpin negara tidak tahu akan sejarah bangsanya sendiri.

teori Vigotsky

TEORY  Vigotsky

1.      Teori Vygotsky
Lev Vygotsky lahir dan hidup di Rusia (1896 – 1934) hampir bersamaan dengan Piaget. Vygotsky meninggal pada usia muda pada usia 37 tahun. Tahun 1960-an baru karya Piaget dan Vygotsky diterjemahkan dalam Bahasa Inggris.  Mulai saat itu pendapat Vygotsky mulai di kenal dan diterapkan di Amerika serikat. Pada saat itu para psikolog Amerika Serikat tertarik dengan pendapat-pendapat Vygotsky.
2.      Asumsi Vygotsky
Ada tiga hal yang menjadi inti dari pendapat Vygotsky yaitu :
1.      keahlian kognitif anak akan dipahami apabila dianalisis dan diinterprestasikan secara developmental
2.      kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentranspormasikan aktivitas mental
3.      Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural
Menurut Vygotsky hal yang pertama, menggunakan pendekatapan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transpormasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Jadi tindaknya mental tertentu seperti menggunakan ”ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat dengan tepat dan dievaluasi sebagai langkah dalam perkembangan bertahap.
Hal kedua Vygotsky yaitu untuk memahami fungsi kognitif kitas harus memeriksa alat yang menjadi perantara dan pembentuknya. Menurutnya bahasa merupakan alat yang penting. Bahasa digunakan untuk membantu anak dalam untuk merancang aktivitas dan memecahkan masalah.
Hal yang ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur. Menutur Vygotsky perkembangan anak tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sosial kultural. Dia percaya bahwa perkembangan memory, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori. Dalam satu kultur, mungkin pembelajaran menggunakan komputer tetapi di kultur yang lain berhitung menggunakan jari tangan. Pandangan Vygotsky dapat dipahami bahwa pengetahuan dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Artinya lingkungan yang mencakup obyek, artefak, alat, buku dan komunitas di mana orang berada. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan interaksi sosial dengan orang lain melalui kegiatan bersama.
3.      ZPD (Zone Of Proximal Development)
Vygotsky mengajukan gagasan yang unik tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini berasal dari situasi pandangan ketiga mengenai sosial kultural. Ide unik ini adalah tentang Zone Of Proximal Development (ZPD).
ZPD merupakan serangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai siswa secara sendirian, tetapi dapat dikuasai dengan bantuan guru atau orang yang lebih dewasa atau orang yang lebih mampu. Ada dua batas yang ada pada ZPD yaitu batas bawah dan batas bawah. Batas bawah adalah batas problem yang dapat dipecahkan oleh anak, sedangkan batas atasnya adalah tanggung jawab atau tugas tambahan yang diperoleh anak dengan bantuan guru, instruktur atau anak yang lebih mampu.
Dalam konsep pembelajaran ZPD, dalam ruang-ruang kelas dapat terdiri dari berbagai siswa dengan berbagai usia, diharapkan dalam proses ini siswa yang lebih dewasa atau lebih mampu dapat membantu siswa usianya ada di bawahnya. Sedangkan yang paling dewasa dapat dibantu oleh instruktur atau oleh guru di kelas tersebut. Contoh lain dari ZPD adalah adanya tutor teman sebaya.
4.      Scaffolding
Scaffolding erat kaitnnya dengan gagasan ZPD, sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau siswa yang lebih mampu) menyesuaikan bimbingan dengan kemampuan murid yang telah dicapai. Di awal-awal pembelajaran guru atau siswa yang lebih mampu dapat melakukan bimbingan langsung, semakin tinggi level kemampuan anak maka bimbingan yang diberikan akan semakin sedikit.
Dalam proses scaffolding, dialog merupakan hal yang penting. Vygotsky juga menganggap bahwa punya konsep yang kaya tetapi tidak sistematis, tidak teratur, dan spontan. Siswa akan memiliki konsep yang sistematis, teratur, logis dan rasioal jika ada guru, orang dewasa, orang yang lebih mampu membimbingnya.
5.      Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan, dan memonitor perilaku dengan cara mereka sendiri yang dinamakan pembicaraan batin (inner speech). Kita sering memperhatikan bahwa anak-anak sering berbicara sendiri dan seolah berbicara dengan orang lain. Menurut Vygotsky hal ini merupakan pembicaraan batin, tetapi menurut Piaget hal ini menunjukan bahwa anak tersebut belum dewasa.
Pola pembicaraan bantu (inner speech) merupakan transisi awal untuk lebih komunikatif sosial. Menurut Vygotsky bahwa bahasa merupakan bentuk dan berbasis sosial. Menurut beberapa penelitian, inner speech yang diungkapkan oleh Vygotsky memang merupakan faktor perkembangan anak (Winsler, Diaz & Motero, 1997)
6.      Menerapkan Teori Vygotsky untuk Pendidikan Anak
Secara umum baik pendapat Piaget maupun pendapat Vygotsky merupakan pendapat pembelajaran kontruktivis, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membentuk pengetahuan dengan proses mereka sendiri. Pembentukan pengetahuan dengan kontruktivis terbukti bertahan lebih lama dan dapat mendewasakan peserta didik.
Dalam menerapkan Teory Vygotsky maka ada beberapa tahapan:
1)      gunakan zone of proximal development
2)      gunakan teknik scaffolding
3)      gunakan kawan sesama murid sebagai guru
4)      dorong pembelajaran kolaboratif, pembelajaran yang melibatkan komunitas pembelajaran di lingkungannya
5)      pertimbangan kontek kultur dalam pembelajaran
6)      pantau dan dorong anak-anak untuk menggunakan private speech atau inner speech
7)      Nilai ZPD tidak tergantung IQ
Dari hal diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran yang menggunakan Teory Belajar Vygotsky menggunakan prinsip pembelajaran kelompok atau pembelajaran dengan pembimbingan. Saat ini memang di Indonesia sedang berkembang pembelajaran dengan model kelompok dan model pembelajaran langsung.
Model pembelajaran kelompok mengutamakan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lain serta dengan pembimbing atau guru dalam kelas yang bersangkutan. Dengan interaksi maka akan terjadi pembelajaran sesuai dengan ZPD atau Scaffolding. Siswa yang lebih mampu dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang mampu dalam penguasaan materi. Demikian juga guru dapat dijadikan sebagai tutor untuk materi yang tidak dikuasai siswa. Prinsip guru sebagai tutor merupakan salah satu ciri dari model pembelajaran langsung.
Secara sosial teory Vygotsky memang penting untuk dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan rasa sosial diantara peserta didik, dengan demikian maka akan timbul saling menghargai antara satu siswa dengan siswa yang lain. Dalam lingkup yang lebih besar akan menghasilkan sikap toleran yang lebih baik di antara kitaTeori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934)
Posted on October 4, 2010 by kristokinoe
(Kristoforus Sri Ratulayn K.N / 1323009009)

I.       Pendahuluan
Pendidikan pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu seseorang untuk dengan mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis. Dengan melihat betapa penting dan sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk menyambut dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah dengan rela memfokuskan perhatian kepadanya. Perlu juga untuk mengusahakan bagimana metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi pengembangan kognitif anak.
Filsafat pendidikan adalah sebuah cabang dalam filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memberikan pendasaran bahwa kata pendidikan / education, menurut bahasa aslinya, Latin, Educere mempunyai makna membantu untuk mengembangkan, memajukan, dan atau menumbuhkan. Filsafat pendidikan memaknai bahwa pengetahuan adalah sebuah keadaan ketika seseorang mampu menciptakan model dalam pikirannya tentang objek yang telah dilihatnya. Maka ketika objek itu telah tidak ada dihadapannya sekalipun orang tersebut masih mempunyai konsep model benda tersebut dalam pikirannya.
Dalam mata kuliah filsafat pendidikan dijabarkan pendasaran mengenai yang Paper ini berjudul Teori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934). Masalah utama yang akan dibahas dalam paper ini adalah melihat atau melakukan sebuah pengkajian bagaimana ketika teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Vygotsky  dilihat dengan kacamata filsafat pendidikan mengenai Pendidikan dan Budaya (Education and Culture). Sehingga mungkin ditemukan kesamaan antara keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba bercermin dan memberikan masukan secara tepat dalam menangani pendidikan anak.
Dalam pembahasan ini terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, kita akan melihat secara menyeluruh tentang teori pengembangan konstruktivisme sosial Vygotsky. Secara definitif, teori Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori besar konstruktivisme. Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang membentuk pengetahuan seorang.
Kedua, kita akan melakukan analisis teori pengembangan konstruktivisme social Vygotsky dalam terang filsafat pendidikan. Apakah teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori yang ada di dalam filsafat pendidikan?
Akhirnya dalam kesimpulan nanti kita bisa dapatkan sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan dengan apa yang ada dalam filsafat pendidikan. Artinya dalam teori Vygotsky pun terdapat beberapa hal yang juga menjadi unsur dalam teori filsafat pendidikan. Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu, melainkan dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting untuk terjadi.

II.      Latar Belakang Singkat Teori Lev Vygotsky (1896-1934)
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari Rusia, dan hidup pada masa revolusi Rusia. Vygotsky sering juga dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget, seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anaklah yang membangun pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika masih berusia tigapuluh tujuh tahun.[1]
Antara Vygotsky dan Piaget terdapat persamaan yang mendasar dari teori yang mereka kemukakan. Teori mereka berdua masing-masing merupakan dua cabang dalam teori Konstruktivisme psikologis. Konstruktivisme secara singkat adalah mempunyai argumen bahwa pengetahuan merupakan konstrkusi dari seseorang yang mengenal sesuatu. “Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus”[2]. Hanya saja yang membedakan dari keduanya adalah Piaget lebih memfokuskan perhatian teorinya pada sudut pandang personal, individu, dan subjektif. Sedangkan Vygotsky lebih pada sosial (socioculturalism).[3]
III.    Inti Teori Vygotsky
Seperti sudah sedikit dibahas dalam penjelasan sebelumnya, bahwa Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau cognitif anak. Vygotsky memandang bahwa cognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, Teori Pengembangan Sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.[4] Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi lagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kuran teridentifikasi secara jelas dan tidak logis dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur selanjutnya yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, bisa sedikit kita simpulkan bahwa dalam teori Vygotsky berisikan tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak mampu mengetahui hanya jika ia analisa dan penafsirannya. Kedua, dikatakan bahwa kemampuan kognitif didapat dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan. Sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.[5]

III.    The Zone of Proximal Development (ZPD)
“Vygotsky’s term for the range of tasks that are too difficult for children to master alone but that can be mastered with guidance and assistance from adults or more-skilled children”[6]
Salah satu konsep mendasar yang ada dalam teori Vygosky adalah sebuah penjelasan mengenai relasi antara pembelajaran dan perkembangan, yang sering disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Kutipan di awal paragraf mungkin bisa membuat kita mampu langsung menangkap apa yang dimaksud dengan zone of proximal development. Secara singkat konsep ini merupakan sebuah wilayah tempat bertemunya pengetahuan spontan anak dengan pengetahuan ilmiah seseorang yang lebih dewasa.
Pengetahuan spontan anak yang bertemu dengan pengetahuan ilmiah orang dewasa akan menghasilkan perkembangan bagi pengetahuan spontan anak.
IV.     The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah ini jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Orang Lain yang lebih tahu. Dari situ kita bisa langsung sedikit menangkap sebuah penjelasan yang terdapat di dalamnya. MKO mengacu kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pelajar, dalam hal ini bisa guru, teman sebaya, atau bahkan computer.
Seorang pelajar perlu berintarksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari dirinya. Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor interaksi sosial dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci perkembangan kognitif  anak.

V.      Aplikasi dan Implikasi Teori dalam Pendidikan
Agar pembahasan kita tentang teori Vygotsky lebih mendarat dan langsung terasa bagi usaha pengembangan kognitif. Banyak usaha konkret yang bisa kita lakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut, misalnya:
Teori Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa
Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus
banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya
VI.     Analisis : Filsafat Pendidikan
Analisis awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama yang menjadi sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial dan budaya lebih berperan dalam pengembangan kognitif anak. Inti penekanan teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di luar dirinya yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian, zone proximal development anak semakin meningkat.
Teori Vygotsky tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan kognitif mengalami keselarasan dengan pandangandalam filsafat pendidikan. Dalam filsafat pendidikan pun beranggapan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk bertahan. Manusia membutuhkan bahasa untuk mampu mendapatkan pengetahuan ia mempelajari bahasa yang berfungsi sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam bahwa proses transfer ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Budaya dalam filsafat pendidikan mempunyai dua unsur, yaitu spiritual dan material. Spiritual terdiri dari bahasa, seni, dan agama. Sedangkan unsur material terdiri dari factor genetic, geografis, dan ekonomi. Jika kembali menengok teori Vygotsky, dalam teori tersebut juga dikatakan bahwa bahasa mempunyai peran penting bagi perkembangan anak. Karena bahasa adala sebuah bentuk awal untuk berinteraksi sosial.
Kemudian dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa unsur yang menjadi agen perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat bimbingan dari orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih dari dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam bentuk spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori Vygotsky di atas juga mengalami keselarasan dengan teori dalam filsafat pendidikan. Dalam filsafat pendidikan kita bisa menemukan beberapa konsep tentang agen-agen perubahan untuk membantu anak mengembangkan kognitifnya. Agen-agen perubahan dalam filsafat pendidikan adalah keluarga dan negara. Agen-agen perubahan seolah-olah menjadi tombak dalam usaha mengembangkan kongnitif atau intelektual. Peran mereka sangat sentral dalam membantu anak mengolah pengetahuan spontan mereka menjadi pengetahuan yang lebih tertata, sistematis, dan logis.
VII.   Kesimpulan
Pada initinya kita bisa menyimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky sedikit banyak telah mengandung banyak unsur yang terdapat dalam filsafat pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya kognitif. Bagaimana tidak, bahasa menjadi alat transfer ilmu.
Bererapa konsep dalam filsafat pendidikan juga selaras dengan teori pengembangan kognitif Vygotsky. Filsafat pendidikan telah memberika pendasaran filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.
Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Lev Vygotsky
OPINI | 03 March 2011 | 14:30 2770 0 Nihil

Pendidikan pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu seseorang untuk dengan mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis. Dengan melihat betapa penting dan sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk menyambut dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah memfokuskan perhatian di dalamnya. Perlu juga untuk mengusahakan metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi pengembangan kognitif anak.
Psikologi pendidikan adalah sebuah cabang dalam psikologi secara umum. Psikologi pendidikan memberikan landasan bahwa kata pendidikan/education atau menurut bahasa Latin, educere mempunyai makna membantu untuk mengembangkan, memajukan, dan atau menumbuhkan. Dalam mata kuliah psikolog pendidikan, dijabarkan dasar mengenai makalah yang berjudul Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky (1896-1934) ini. Masalah utama yang akan dibahas dalam makalah ini adalah melihat atau melakukan sebuah kajian tentang Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky dilihat dengan kacamata psikologi pendidikan. Sehingga nantinya akan ditemukan korelasi antara keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba bercermin dan memberikan masukan secara tepat dalam menangani pendidikan anak.
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Satu di antara teori tersebut adalah teori konstruksi pemikiran sosial. Konteks sosial juga merupakan satu di antara sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, dan Michael Tomasello. Teori perkembangan kognitif Vygotsky kerap dijadikan salah satu bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya dengan para tokoh yang lain.
Vygotsky sangat dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan teori sosiobudaya. Teori yang dinyatakan oleh Vygotsky ini merupakan teori gabungan antara kognitif dengan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa perkembangan kanak-kanak bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan orang ada di sekitarnya yang menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang membantu mereka membina pandangan tentang sekelilingnya.
Dalam kajian ini, terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, akan dilihat secara menyeluruh tentang teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky. Secara definitif, teori Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori besar konstruktivisme. Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang membentuk pengetahuan seorang.
Kedua, melakukan analisis teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky dalam psikologi pendidikan pendidikan. Apakah teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori yang terdapat dalam psikologi pendidikan? Akhirnya dalam kesimpulan nanti dapat diperoleh sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan dengan psikologi pendidikan. Artinya dalam teori Vygotsky terdapat beberapa hal yang menjadi unsur dalam teori psikologi pendidikan. Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu, melainkan dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting untuk terjadi.
Latar Belakang Teori Lev Vygotsky (1896-1934)
Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia, tepatnya pada pada 17 November 1896, dan  berkuturunan Yahudi. Ia tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra. Awalnya, ia menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namum pihak sekolah juga memintanya untuk mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah skenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi psikologi Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya mengenai ”Psychology of Art”.
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari Rusia dan hidup pada masa revolusi Rusia. Vygotsky dalam menelurkan pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi kerap menghadapi rintangan oleh pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya meluas setelah ia wafat pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit TBC. Vygotsky pun sering dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget, seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anak yang membangun pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika masih berusia tigapuluh tujuh tahun.
Vygotsky merupakan satu di antara tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah argumen bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu. Seseorang yang belajar dipahami sebagai seseorang yang membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer dan mengenal huruf. Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.  Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Oleh karenanya, konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:
Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulation).
Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Inti Teori Vygotsky
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak dapat diketahui hanya jika dianalisis dan ditafsirkan. Kedua, kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.
The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi orang lain yang lebih tahu. MKO mengacu kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pelajar, dalam hal ini termasuk guru, teman sebaya, atau bahkan komputer.
Seorang pelajar perlu berinteraksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari dirinya. Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor interaksi sosial dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci perkembangan kognitif anak.
Perkembangan Bahasa
Bagi Vygotsky bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman, pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan mereka untuk tahu dari pembentukan pengertian baru ini. Pada bagian ini, dapat dilihat permulaan aliran konstruktivisme, peranan pengalaman siswa dalam belajar, dan cara mengasimilasi pengertiannya.
Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini ditemukan pada abad ke-5 SM. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme. Penyelidikan atau pengalaman fisik, pengalaman pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme.
Pendukung konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian sebelumnya, membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses membantu pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.
Para konstruktivisme menekankan peranan motivasi guru untuk membantu siswa belajar mencintai pelajaran. Tidak seperti behaviourist yang menggunakan sanksi berupa reward, konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat daripada reward eksternal.
Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 dan yang bekerja sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky. Beliau sangat tertarik pada efek interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subjek yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk mendesain kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa.
Aplikasi dan Implikasi Teori dalam Pendidikan
Agar pembahasan tentang teori Vygotsky langsung terasa bagi usaha pengembangan kognitif, banyak usaha konkret yang dapat dilakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut, misalnya:
1. Teori Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa.
2. Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus.
3. Banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.
Analisis Psikologi Pendidikan
Analisis awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama yang menjadi sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial dan budaya lebih berperan dalam pengembangan kognitif anak. Inti penekanan teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di luar dirinya yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian, zone proximal development anak semakin meningkat.
Teori Vygotsky tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan kognitif mengalami keselarasan dengan pandangan dalam psikologi pendidikan. Dalam filsafat pendidikan pun beranggapan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk bertahan. Manusia membutuhkan bahasa untuk mampu mendapatkan pengetahuan atau ia mempelajari bahasa yang berfungsi sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam bahwa proses transfer ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Kemudian dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa unsur yang menjadi agen perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat bimbingan dari orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih dari dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam bentuk spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori Vygotsky di atas juga mengalami keselarasan dengan teori dalam psikologi pendidikan. Dalam psikologi pendidikan kita dapat menemukan beberapa konsep tentang agen-agen perubahan untuk membantu anak mengembangkan kognitifnya. Agen-agen perubahan dalam psikologi pendidikan adalah keluarga dan negara. Agen-agen perubahan seolah-olah menjadi tombak dalam usaha mengembangkan kognitif atau intelektual. Peran mereka sangat sentral dalam membantu anak mengolah pengetahuan spontan mereka menjadi pengetahuan yang lebih tertata, sistematis, dan logis.
Kesimpulan
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya kognitif. Bahasa menjadi alat transfer ilmu. Beberapa konsep dalam psikologi pendidikan juga selaras dengan teori pengembangan kognitif Vygotsky. Psikologi pendidikan telah memberikan landasan filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.




Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.
http://www.scribd.com/doc/35776081/teori-vygotsky
(Diakses pada 19 Februari 2011, pukul 18.06 WIB)
http://netsains.com/2009/02/pembelajaran-lanjutan-dengan-teori-konstruktivis/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa pertanyaan yang pokok dalam teori perkembangan kognitif adalah: dengan alat dan cara apa orang mempereroleh pengetahuan, menyimpan, dan menggunakannya?. Pada prinsipnya hal ini berhubungan dengan alat-alat pengenalan dan bentuk-bentuk pengenalan. Kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian.
Psikolog Rusia yaitu Lev Vygotsky telah banyak mempengaruhi psikologi perkembangan dalam hal perkembangan kognisi. Dia telah memberikan banyak pendapat dan dorongan dalam hal perkembangan kognisi.
Lev Vygotsky dapat menjadi demikian terkenal dan penting peranannya dalam dunia psikologi karma teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang di kembangkannya sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dulu di temukan orang lain. Ia tertarik khususnya pada penyelidikan-penyelidikan teoritis maupun eksprerimentil terhadap perubahan-perubahan kwalitatif pada struktur kognitif selama proses perkembangan dan berusaha menerangkannya dalam bahasa matematika logis.
Mempelajari teori kognitif Vygotsky akan sangat berguna bagi para pendidik dalam membantu perkembangan anak didiknya. Beberapa prinsip dalam konsep Vygotsky bisa kita gunakan dalam system pembelajaran agar perkembangan anak didik menjadi maksimal. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua.Amin
B. Rumusan masalah
Di dalam makalah ini kita akan membahas tentang:
1. Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut konsep vygoysky?
2. Apa pengertian dari Zona Perkembangan Proximal dan konsep Scafolding?
3. Bagaimana penerapan konsep Vygotsky dalam system pembelajaran?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui teori perkembangan kognitif menurut konsep vygoysky.
2. Mengetahui pengertian dari Zona Perkembangan Proxima dan konsep Scafolding
3. Mengetahui penerapan konsep Vygotsky dalam system pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Perkembangan Kognitif menurut Konsep Vygotsky
Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan diduia barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga.
Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:
1. Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
2. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
3. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Tiga, merka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses didalam sistem memori otak.
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah kepada suatu pengalaman baru.
Menurut teori Peaget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Tapi Vygotsky tidak sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya.
Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan yang sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan social budaya. Teory Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan. Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif dari pada Peaget. Bagi Peaget bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. pengalaman bahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Pada kenyatannya, Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat mudah. Bahkan saat anak mulai bisa melihat dunia. Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.
Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks social yang luas menguasai bahasa dari ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Seperti halnya saat anak menangis, menangis merupakan bahasa anak saat meraka belum bisa berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Karena dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan kosakata. Suatu lingkungan juga yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak. Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lngkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting. Karena bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan sosial didalam perkembangan kognitif berbeda dengan teori Peaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Karena Peaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual. Sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak anak lain dalam memuahkan perkembangan si anak..Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Vygotsky juga menekankan baik levelkonteks sosial yang bersifat inter personal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti sekolah, penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing hidupnya.level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada kefungsian mental anak. Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
B. Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding
1. Zone proximal Development
Zona proximal Development ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social. ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran,akan tetapi IQ menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang bersifat interpersonal dan dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecilyang baru berjalan memberi contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru berjalan itu harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan untuk melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat yang di persyaratkan oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-masing.
Dalam suatu penelitian tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar berjalan dengan ibunya,pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah masalah yang terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan berbagai kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para ibu di minta mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untik mendorong pembelajaran dan pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya bersatu.
Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosia. Anak-anak harus menggunakan basa dan mengkomunikasikannya kepada orang lain sebelum mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari kemampuan bicara secara eksternal ke internal berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3 hingga 7 tahun dan meliputi berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa menverbalisasikannya. Bila ini terjadi anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak.
Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka (Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri bebrapa konsep melalui pengalaman. sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih maju dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak akan mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi social akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik.
2. Konsep scafolding
Selain teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu tentang “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:
1. Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efekif dalam masng-masing zone of proximal development mereka.
2. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding. Jadi teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep danpemecahan masalah.
Pengaruh karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh smith
1. Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam berbagai cara. Dalam prespektif pengikut vygotsky – bruner, perintah-perintah dilayar komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.
C. Penerapan dalam pembelajaran
Hoover, peneliti dari Texas University of Austin yang juga CEO pada southwest educational development labolatory menyatakan: constructivism’s central idea is that human learning is contructed, that learners buld new knowledge upon the foundation of previous learning. This view of learning sharply contrasts with one in which learning is the passive transmission of information fro individual to another, a view in which reception, not contruction, is key. Ada dua hal penting disini yang berkenaan dengan pengetahuan yang dikontruksi oleh pelajar. Pertama adalah pelajar membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada “tabularasa” dimana pengetahuan digoreskan. Pelajar akan memasuki suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang diterima akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tulisannya yang mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai dengan “convergentie theorie”. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak terlahir ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua tulisan itu masih kabur atau suram. Tugas pembelajaran adalah membantu anak untuk mempertebal tulisan-tulisan yang bersifat baik sehingga kelak dapat berubah menjadi ilmu yang berguna dan budi pekerti yang baik. Sedangkan tuisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar bertambah suram atau bahkan menghilang. Ki Hajar menentang teori tabula rasa yang menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa saja oleh pemelajar, atau teori aliran negative yang menganggap anak lahir bagaikan kertas yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat diubah isinya . Kedua adalah bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan bukan pasif. Pelajar akan membandingkan apa yang baru dipelajarinya dengan apa yang diketahuinya. Jika terdapat perbedaan, maka pelajar akan mencoba mengakomodasikan apa yang baru dipelajarinya dengan memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimilkinya. Dalam proses ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pelajar yang akan diakhiri dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima. Salah satu landasannya adalah teori tidak kesesuaian kognitiv dari festinger (cognitive dissonance theory). Teori ini dikemukakan oleh festinger dalam bukunya yang berjudul A Theory of Cognitife dissonance. Menurut teori ini, ada kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya misalnya kepercayaan dan opini. Jika terjadi tidak kekesuaian antara sikap dengan prilaku (attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk mehilangkan disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal, ada perbedaan sikap dan perilaku, maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi perilaku. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak sesuaian tersebut yaitu:
1. jumlah disanonsi keyakinan
2. kepentingan yang ada dalam masing-masing keyainan
Untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:
1. mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan
2. menembah kesesuain keyakinan melebihi disonansi keyakinan
3. merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi
Disonansi sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pelihan antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian. Disonansi terbesar terjadi jika kedua elternatif memiliki tingkat atraktif yang sama. Perubahan sikap biasanya terjadi dalam arah yang memilki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya adalah disonansi yang lebi kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori prilaku umum yang menganggap perubahan perilaku terbesar akan kearah peningkatan insentif.
Maddux, cleborne d Johnson, d lamont dalam tulisannya mengenai teori kontrutifis membagi paham kontruktivis kedalam dua aliran, yaitu paham kontruktivis kogitif dan paham kontruktivis social. Kontruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang dibuat oleh ahli psikologi perkembangan Swiss dan Peaget. Teori Peaget ini mengandung dua unsur pokok yaitu, umur dan tahap perkembangan. Melalui kedua unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh seorang anak berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang menjelaskan bagaimana seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.
Perkembangan termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat sehingga anak-anak dapat berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Internalisasi ini disebut pengaturan diri (self regulation). Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir (reasoning) dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi “inner speech” atau “inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, dikemudian hari ia akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi atau meta-cognition. Proses seperti ini dapat membuatnya menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang tahu siapa dirinya, dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas dan alam semesta.
Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Dalam konsep ini seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya didapat didalam sekolah tapi diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah. Disini para pendukung kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita aka memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang didapat sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah
BAB III
KESIMPULAN
• Teori Vgotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
• Zona perkembangan proximal ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil.
• Teori kontrukivis social dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat oleh lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
1. belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. seorang yang lebih dewasa dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
3. pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
4. pengalaman anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, Ki Hajar, Dasar-dasar Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Jogjakarta; 1977.
Http://Anwarholil.blogspot.com/2008/04/Teori-Vygotsky
Http://ipotes.wordpress.com
Http://rufmania.multiply.com/perkembangan-kognitif
Http://valmband.multiply.com
Http://viking.coe.uh.edu/ebook/et-it/social.hatm
Http://wikipedia.org/wiki/teori-perkembangan-kognitif
Http://www.al-azhar.ac.id/konsep-vygotsky
Santrock, John W, 1995, Perkembangan masa hidup, edisi 5 jilid 1, Jakarta, Erlangga   TEORI LEV VYGOTSKY (1896-1934)
Posted: February 12, 2011 by rushexor in artikel
0
Lev Vygotsky adalah seorang filosof Rusia yang idenya mempunyai peran penting dalam memahami budaya, interaksi sosial dan peranan bahasa dalam perkembangan kognitif. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20. Ia dipengaruhi oleh Pavlov dan beranggapan bahwa perkembangan secara langsung dipengaruhi oleh perkembangan sosial. Istilah yang sering digunakan adalah : dampak sosial, scaffolding, and zone of proximal development (ZPD).
Lev Vygotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ni ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika Socrates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
a. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
b. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
c. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
d. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah kepada suatu pengalaman baru. . Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Interaksi sosial yang dipelajari anak berasal dari orang yang berkemampuan intelektual diatas anak tersebut. Umumnya anak mempelajari orang lain diatas umurnya atau orang dewasa. Disini guru berperan sebagai pengarah dan pemandu kegiatan siswa dan mendoronh siswa yang mampu untuk bekerja mandiri. Tidak hanya itu, guru juga bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan.
Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia.
Pengalaman anak diluar sekolah, harus dihubungkan dengan pengalaman mereka disekolah. Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka (Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan ketrampilan yang penting untuk pemecahan masalah secara mandiri, seperti diskusi dan praktek langsung. Zone of Proximal Development adalah wilayah dimana anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu.
Penilaian belajar dilakukan dengan menggunakan cheklist, review, atau pertanyaan. Sedangkan penerapan teknologi untuk belajar adalah dengan pemakaian visualisasi, contoh grafis, pengalaman dunia nyata yang terkait dengan kebutuhan siswa.
Aplikasi teori kognitif terhadap pembelajaran siswa
Belajar merupakan proses aktif untuk membangun pengetahuan. Proses aktif yang dimaksud tidak hanya secara mental namun juga secara fisik, artinya secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan. Ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif:
a. Menyediakan pengalaman belajar berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
b. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan sesuatu yang realistik yang melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
d. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga terjadi kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungan. Misalnya kerjasama antara siswa-guru, siswa-siswa.
e. Memanfaatkan berbagai media untuk komunikasi.
f. Melibatkan emosional siswa sehingga menjadi menarik dan siswa mau belajar.
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah :
a. Menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan.
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi untuk memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky dikelas :
a. Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.
b. ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran.
c. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam ‘dunia nyata’ mereka.

joe

dont be afraid for life