TEORY Vigotsky
1. Teori Vygotsky
Lev Vygotsky lahir
dan hidup di Rusia (1896 – 1934) hampir bersamaan dengan Piaget.
Vygotsky meninggal pada usia muda pada usia 37 tahun. Tahun 1960-an baru
karya Piaget dan Vygotsky diterjemahkan dalam Bahasa Inggris. Mulai
saat itu pendapat Vygotsky mulai di kenal dan diterapkan di Amerika
serikat. Pada saat itu para psikolog Amerika Serikat tertarik dengan
pendapat-pendapat Vygotsky.
2. Asumsi Vygotsky
Ada tiga hal yang menjadi inti dari pendapat Vygotsky yaitu :
1. keahlian kognitif anak akan dipahami apabila dianalisis dan diinterprestasikan secara developmental
2.
kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus
yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan
mentranspormasikan aktivitas mental
3. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural
Menurut
Vygotsky hal yang pertama, menggunakan pendekatapan developmental
berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan
transpormasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Jadi tindaknya
mental tertentu seperti menggunakan ”ucapan batin” (inner speech) tidak
bisa dilihat dengan tepat dan dievaluasi sebagai langkah dalam
perkembangan bertahap.
Hal kedua Vygotsky yaitu untuk memahami fungsi
kognitif kitas harus memeriksa alat yang menjadi perantara dan
pembentuknya. Menurutnya bahasa merupakan alat yang penting. Bahasa
digunakan untuk membantu anak dalam untuk merancang aktivitas dan
memecahkan masalah.
Hal yang ketiga, kemampuan kognitif berasal dari
hubungan sosial dan kultur. Menutur Vygotsky perkembangan anak tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan sosial kultural. Dia percaya bahwa
perkembangan memory, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem
matematika, dan strategi memori. Dalam satu kultur, mungkin pembelajaran
menggunakan komputer tetapi di kultur yang lain berhitung menggunakan
jari tangan. Pandangan Vygotsky dapat dipahami bahwa pengetahuan
dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Artinya lingkungan yang
mencakup obyek, artefak, alat, buku dan komunitas di mana orang berada.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan
interaksi sosial dengan orang lain melalui kegiatan bersama.
3. ZPD (Zone Of Proximal Development)
Vygotsky
mengajukan gagasan yang unik tentang hubungan antara pembelajaran dan
perkembangan. Ide ini berasal dari situasi pandangan ketiga mengenai
sosial kultural. Ide unik ini adalah tentang Zone Of Proximal
Development (ZPD).
ZPD merupakan serangkaian tugas yang terlalu sulit
untuk dikuasai siswa secara sendirian, tetapi dapat dikuasai dengan
bantuan guru atau orang yang lebih dewasa atau orang yang lebih mampu.
Ada dua batas yang ada pada ZPD yaitu batas bawah dan batas bawah. Batas
bawah adalah batas problem yang dapat dipecahkan oleh anak, sedangkan
batas atasnya adalah tanggung jawab atau tugas tambahan yang diperoleh
anak dengan bantuan guru, instruktur atau anak yang lebih mampu.
Dalam
konsep pembelajaran ZPD, dalam ruang-ruang kelas dapat terdiri dari
berbagai siswa dengan berbagai usia, diharapkan dalam proses ini siswa
yang lebih dewasa atau lebih mampu dapat membantu siswa usianya ada di
bawahnya. Sedangkan yang paling dewasa dapat dibantu oleh instruktur
atau oleh guru di kelas tersebut. Contoh lain dari ZPD adalah adanya
tutor teman sebaya.
4. Scaffolding
Scaffolding erat kaitnnya
dengan gagasan ZPD, sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Selama
sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau siswa yang lebih
mampu) menyesuaikan bimbingan dengan kemampuan murid yang telah dicapai.
Di awal-awal pembelajaran guru atau siswa yang lebih mampu dapat
melakukan bimbingan langsung, semakin tinggi level kemampuan anak maka
bimbingan yang diberikan akan semakin sedikit.
Dalam proses
scaffolding, dialog merupakan hal yang penting. Vygotsky juga menganggap
bahwa punya konsep yang kaya tetapi tidak sistematis, tidak teratur,
dan spontan. Siswa akan memiliki konsep yang sistematis, teratur, logis
dan rasioal jika ada guru, orang dewasa, orang yang lebih mampu
membimbingnya.
5. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky
anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi
juga untuk merencanakan, dan memonitor perilaku dengan cara mereka
sendiri yang dinamakan pembicaraan batin (inner speech). Kita sering
memperhatikan bahwa anak-anak sering berbicara sendiri dan seolah
berbicara dengan orang lain. Menurut Vygotsky hal ini merupakan
pembicaraan batin, tetapi menurut Piaget hal ini menunjukan bahwa anak
tersebut belum dewasa.
Pola pembicaraan bantu (inner speech)
merupakan transisi awal untuk lebih komunikatif sosial. Menurut Vygotsky
bahwa bahasa merupakan bentuk dan berbasis sosial. Menurut beberapa
penelitian, inner speech yang diungkapkan oleh Vygotsky memang merupakan
faktor perkembangan anak (Winsler, Diaz & Motero, 1997)
6. Menerapkan Teori Vygotsky untuk Pendidikan Anak
Secara
umum baik pendapat Piaget maupun pendapat Vygotsky merupakan pendapat
pembelajaran kontruktivis, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat membentuk pengetahuan dengan proses mereka
sendiri. Pembentukan pengetahuan dengan kontruktivis terbukti bertahan
lebih lama dan dapat mendewasakan peserta didik.
Dalam menerapkan Teory Vygotsky maka ada beberapa tahapan:
1) gunakan zone of proximal development
2) gunakan teknik scaffolding
3) gunakan kawan sesama murid sebagai guru
4) dorong pembelajaran kolaboratif, pembelajaran yang melibatkan komunitas pembelajaran di lingkungannya
5) pertimbangan kontek kultur dalam pembelajaran
6) pantau dan dorong anak-anak untuk menggunakan private speech atau inner speech
7) Nilai ZPD tidak tergantung IQ
Dari
hal diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran yang menggunakan
Teory Belajar Vygotsky menggunakan prinsip pembelajaran kelompok atau
pembelajaran dengan pembimbingan. Saat ini memang di Indonesia sedang
berkembang pembelajaran dengan model kelompok dan model pembelajaran
langsung.
Model pembelajaran kelompok mengutamakan interaksi antara
peserta didik dengan peserta didik yang lain serta dengan pembimbing
atau guru dalam kelas yang bersangkutan. Dengan interaksi maka akan
terjadi pembelajaran sesuai dengan ZPD atau Scaffolding. Siswa yang
lebih mampu dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang mampu dalam
penguasaan materi. Demikian juga guru dapat dijadikan sebagai tutor
untuk materi yang tidak dikuasai siswa. Prinsip guru sebagai tutor
merupakan salah satu ciri dari model pembelajaran langsung.
Secara
sosial teory Vygotsky memang penting untuk dikembangkan di Indonesia
untuk meningkatkan rasa sosial diantara peserta didik, dengan demikian
maka akan timbul saling menghargai antara satu siswa dengan siswa yang
lain. Dalam lingkup yang lebih besar akan menghasilkan sikap toleran
yang lebih baik di antara kitaTeori Pendidikan: Teori Pengembangan
Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934)
Posted on October 4, 2010 by kristokinoe
(Kristoforus Sri Ratulayn K.N / 1323009009)
I. Pendahuluan
Pendidikan
pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena
dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu
seseorang untuk dengan mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan
sistematis. Dengan melihat betapa penting dan sentralnya pendidikan
dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk menyambut
dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah dengan rela memfokuskan
perhatian kepadanya. Perlu juga untuk mengusahakan bagimana metode
pendidikan yang sesuai dan efektif bagi pengembangan kognitif anak.
Filsafat
pendidikan adalah sebuah cabang dalam filsafat secara umum. Filsafat
pendidikan memberikan pendasaran bahwa kata pendidikan / education,
menurut bahasa aslinya, Latin, Educere mempunyai makna membantu untuk
mengembangkan, memajukan, dan atau menumbuhkan. Filsafat pendidikan
memaknai bahwa pengetahuan adalah sebuah keadaan ketika seseorang mampu
menciptakan model dalam pikirannya tentang objek yang telah dilihatnya.
Maka ketika objek itu telah tidak ada dihadapannya sekalipun orang
tersebut masih mempunyai konsep model benda tersebut dalam pikirannya.
Dalam
mata kuliah filsafat pendidikan dijabarkan pendasaran mengenai yang
Paper ini berjudul Teori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme
Sosial Lev Vygotsky (1896-1934). Masalah utama yang akan dibahas dalam
paper ini adalah melihat atau melakukan sebuah pengkajian bagaimana
ketika teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Vygotsky dilihat
dengan kacamata filsafat pendidikan mengenai Pendidikan dan Budaya
(Education and Culture). Sehingga mungkin ditemukan kesamaan antara
keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba bercermin dan memberikan
masukan secara tepat dalam menangani pendidikan anak.
Dalam
pembahasan ini terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama,
kita akan melihat secara menyeluruh tentang teori pengembangan
konstruktivisme sosial Vygotsky. Secara definitif, teori Vygotsky
merupakan bagian atau cabang dari teori besar konstruktivisme.
Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen bahwa relasi
sosial dengan masyarakat dan budayalah yang membentuk pengetahuan
seorang.
Kedua, kita akan melakukan analisis teori pengembangan
konstruktivisme social Vygotsky dalam terang filsafat pendidikan. Apakah
teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori yang ada di
dalam filsafat pendidikan?
Akhirnya dalam kesimpulan nanti kita bisa
dapatkan sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan dengan apa yang ada
dalam filsafat pendidikan. Artinya dalam teori Vygotsky pun terdapat
beberapa hal yang juga menjadi unsur dalam teori filsafat pendidikan.
Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu, melainkan
dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting untuk terjadi.
II. Latar Belakang Singkat Teori Lev Vygotsky (1896-1934)
Lev
Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari Rusia, dan hidup
pada masa revolusi Rusia. Vygotsky sering juga dihubungkan dengan
psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget,
seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anaklah
yang membangun pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang
cukup muda, yaitu ketika masih berusia tigapuluh tujuh tahun.[1]
Antara
Vygotsky dan Piaget terdapat persamaan yang mendasar dari teori yang
mereka kemukakan. Teori mereka berdua masing-masing merupakan dua cabang
dalam teori Konstruktivisme psikologis. Konstruktivisme secara singkat
adalah mempunyai argumen bahwa pengetahuan merupakan konstrkusi dari
seseorang yang mengenal sesuatu. “Seseorang yang belajar itu berarti
membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus”[2].
Hanya saja yang membedakan dari keduanya adalah Piaget lebih memfokuskan
perhatian teorinya pada sudut pandang personal, individu, dan
subjektif. Sedangkan Vygotsky lebih pada sosial (socioculturalism).[3]
III. Inti Teori Vygotsky
Seperti
sudah sedikit dibahas dalam penjelasan sebelumnya, bahwa Vygotsky lebih
menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau
cognitif anak. Vygotsky memandang bahwa cognitif anak berkembang melalui
interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih
tahu.
Secara singkat, Teori Pengembangan Sosial berpendapat bahwa
interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan
budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan
kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan
dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan
pengetahuan.[4] Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi
sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi lagi
menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kuran teridentifikasi secara
jelas dan tidak logis dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah
sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya
lebih luas, logis dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah
perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih
ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak
dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar
kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini
bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat
berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan
orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran
dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus
mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa.
Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu
menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk
berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan
pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan
sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi
seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa
adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini
berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak
yang bersifat egosentris.
Unsur selanjutnya yang perlu untuk dibahas
lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah
dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan
adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri
dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan
lainnya.
Dengan demikian, bisa sedikit kita simpulkan bahwa dalam
teori Vygotsky berisikan tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan
kognitif seorang anak mampu mengetahui hanya jika ia analisa dan
penafsirannya. Kedua, dikatakan bahwa kemampuan kognitif didapat dengan
bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan. Sebuah bentuk alat dalam
psikologi yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan mental.
Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai menggunakan
bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya.
Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial
ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.[5]
III. The Zone of Proximal Development (ZPD)
“Vygotsky’s
term for the range of tasks that are too difficult for children to
master alone but that can be mastered with guidance and assistance from
adults or more-skilled children”[6]
Salah satu konsep mendasar yang
ada dalam teori Vygosky adalah sebuah penjelasan mengenai relasi antara
pembelajaran dan perkembangan, yang sering disebut dengan Zone of
Proximal Development (ZPD). Kutipan di awal paragraf mungkin bisa
membuat kita mampu langsung menangkap apa yang dimaksud dengan zone of
proximal development. Secara singkat konsep ini merupakan sebuah wilayah
tempat bertemunya pengetahuan spontan anak dengan pengetahuan ilmiah
seseorang yang lebih dewasa.
Pengetahuan spontan anak yang bertemu
dengan pengetahuan ilmiah orang dewasa akan menghasilkan perkembangan
bagi pengetahuan spontan anak.
IV. The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah
ini jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Orang Lain yang
lebih tahu. Dari situ kita bisa langsung sedikit menangkap sebuah
penjelasan yang terdapat di dalamnya. MKO mengacu kepada siapa saja yang
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pelajar, dalam hal ini bisa
guru, teman sebaya, atau bahkan computer.
Seorang pelajar perlu
berintarksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari dirinya.
Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan
bagi perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi
Vygotsky faktor interaksi sosial dengan sesuatu yang lebih kompeten di
luar diri menjadi kunci perkembangan kognitif anak.
V. Aplikasi dan Implikasi Teori dalam Pendidikan
Agar
pembahasan kita tentang teori Vygotsky lebih mendarat dan langsung
terasa bagi usaha pengembangan kognitif. Banyak usaha konkret yang bisa
kita lakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut, misalnya:
Teori
Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan
tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa
lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih
menjadi fasilitator konstruksi siswa
Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus
banyak
menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya
orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan
kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah
untuk dipahami dalam interaksinya
VI. Analisis : Filsafat Pendidikan
Analisis
awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama
yang menjadi sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial
dan budaya lebih berperan dalam pengembangan kognitif anak. Inti
penekanan teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di
luar dirinya yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian,
zone proximal development anak semakin meningkat.
Teori Vygotsky
tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan kognitif
mengalami keselarasan dengan pandangandalam filsafat pendidikan. Dalam
filsafat pendidikan pun beranggapan bahwa manusia membutuhkan pendidikan
untuk bertahan. Manusia membutuhkan bahasa untuk mampu mendapatkan
pengetahuan ia mempelajari bahasa yang berfungsi sebagai alat
transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam bahwa proses transfer
ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Budaya
dalam filsafat pendidikan mempunyai dua unsur, yaitu spiritual dan
material. Spiritual terdiri dari bahasa, seni, dan agama. Sedangkan
unsur material terdiri dari factor genetic, geografis, dan ekonomi. Jika
kembali menengok teori Vygotsky, dalam teori tersebut juga dikatakan
bahwa bahasa mempunyai peran penting bagi perkembangan anak. Karena
bahasa adala sebuah bentuk awal untuk berinteraksi sosial.
Kemudian
dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa unsur yang menjadi agen
perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat bimbingan dari orang lain
yang mempunyai pengetahuan yang lebih dari dirinya. Proses pendampingan
secara dialektika membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam bentuk spontan, berubah
menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori Vygotsky di atas
juga mengalami keselarasan dengan teori dalam filsafat pendidikan.
Dalam filsafat pendidikan kita bisa menemukan beberapa konsep tentang
agen-agen perubahan untuk membantu anak mengembangkan kognitifnya.
Agen-agen perubahan dalam filsafat pendidikan adalah keluarga dan
negara. Agen-agen perubahan seolah-olah menjadi tombak dalam usaha
mengembangkan kongnitif atau intelektual. Peran mereka sangat sentral
dalam membantu anak mengolah pengetahuan spontan mereka menjadi
pengetahuan yang lebih tertata, sistematis, dan logis.
VII. Kesimpulan
Pada
initinya kita bisa menyimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky sedikit
banyak telah mengandung banyak unsur yang terdapat dalam filsafat
pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam
teori Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam
filsafat pendidikan pun dapat kita temukan bahwa bahasa, sebagai hasil
budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya kognitif.
Bagaimana tidak, bahasa menjadi alat transfer ilmu.
Bererapa konsep
dalam filsafat pendidikan juga selaras dengan teori pengembangan
kognitif Vygotsky. Filsafat pendidikan telah memberika pendasaran
filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.
Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Lev Vygotsky
OPINI | 03 March 2011 | 14:30 2770 0 Nihil
Pendidikan
pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena
dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu
seseorang untuk dengan mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan
sistematis. Dengan melihat betapa penting dan sentralnya pendidikan
dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk menyambut
dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah memfokuskan perhatian di
dalamnya. Perlu juga untuk mengusahakan metode pendidikan yang sesuai
dan efektif bagi pengembangan kognitif anak.
Psikologi pendidikan
adalah sebuah cabang dalam psikologi secara umum. Psikologi pendidikan
memberikan landasan bahwa kata pendidikan/education atau menurut bahasa
Latin, educere mempunyai makna membantu untuk mengembangkan, memajukan,
dan atau menumbuhkan. Dalam mata kuliah psikolog pendidikan, dijabarkan
dasar mengenai makalah yang berjudul Teori Pendidikan: Teori
Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky (1896-1934) ini. Masalah utama
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah melihat atau melakukan sebuah
kajian tentang Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky dilihat
dengan kacamata psikologi pendidikan. Sehingga nantinya akan ditemukan
korelasi antara keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba bercermin dan
memberikan masukan secara tepat dalam menangani pendidikan anak.
Terdapat
beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan
kognitif. Satu di antara teori tersebut adalah teori konstruksi
pemikiran sosial. Konteks sosial juga merupakan satu di antara sudut
pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa
lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap
pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi
langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak
belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya
diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, dan Michael Tomasello. Teori
perkembangan kognitif Vygotsky kerap dijadikan salah satu bahasan
kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya
dengan para tokoh yang lain.
Vygotsky sangat dikenal sebagai seorang
ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan teori sosiobudaya. Teori
yang dinyatakan oleh Vygotsky ini merupakan teori gabungan antara
kognitif dengan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa perkembangan
kanak-kanak bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan orang ada di
sekitarnya yang menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang membantu
mereka membina pandangan tentang sekelilingnya.
Dalam kajian ini,
terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, akan dilihat
secara menyeluruh tentang teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky.
Secara definitif, teori Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori
besar konstruktivisme. Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada
argumen bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang
membentuk pengetahuan seorang.
Kedua, melakukan analisis teori
perkembangan sosial kognitif Vygotsky dalam psikologi pendidikan
pendidikan. Apakah teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan
teori yang terdapat dalam psikologi pendidikan? Akhirnya dalam
kesimpulan nanti dapat diperoleh sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan
dengan psikologi pendidikan. Artinya dalam teori Vygotsky terdapat
beberapa hal yang menjadi unsur dalam teori psikologi pendidikan.
Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu, melainkan
dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting untuk terjadi.
Latar Belakang Teori Lev Vygotsky (1896-1934)
Nama
lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu
kota Tsarist, Russia, tepatnya pada pada 17 November 1896, dan
berkuturunan Yahudi. Ia tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun.
Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra. Awalnya, ia menjadi guru
sastra di sebuah sekolah, namum pihak sekolah juga memintanya untuk
mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak pernah mengenyam
pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah
skenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni psikologi,
hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi psikologi Moscow
Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya mengenai
”Psychology of Art”.
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang
berasal dari Rusia dan hidup pada masa revolusi Rusia. Vygotsky dalam
menelurkan pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi kerap menghadapi
rintangan oleh pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya
meluas setelah ia wafat pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit
TBC. Vygotsky pun sering dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama
Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget, seorang psikolog yang
juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anak yang membangun pengetahuan
mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika
masih berusia tigapuluh tujuh tahun.
Vygotsky merupakan satu di
antara tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah argumen bahwa
pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu.
Seseorang yang belajar dipahami sebagai seseorang yang membentuk
pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus
Sumbangan
penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran
sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara
aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif
berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep
budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa
bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas
itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal
development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat
kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang
lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“.
Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan
tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan
sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi
utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas
kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam
masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan
Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar
Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai
dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan
siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep
dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa
dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar
seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi
seperti ingatan, berpikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi
mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat
individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu
diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih
tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan
orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk
gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak
dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky
menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun
level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level
institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat
yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah,
penemuan seperti komputer dan mengenal huruf. Interaksi institusional
memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas
untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh
yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut Vygotsky,
keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui
interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui
pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di
dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak
menjadi matang.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih
mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat
pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif
seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Oleh karenanya, konsep
teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:
Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)
Setiap
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan,
yaitu tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada
dirinya.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
Meskipun
pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep
melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh
lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak
akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan
orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential
development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan
potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan
potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi
sosial dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan
pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan
berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya
bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui
perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa
mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan
dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses
ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri
(self-regulation).
Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda
maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan
psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan
kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif
dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat
semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan
diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan
self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk
memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu.
Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan (yang mungkin
salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Inti Teori Vygotsky
Vygotsky
lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual
atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang
melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang
lebih tahu.
Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat
bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi
dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan
kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan
dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya
seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan
mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis,
dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang
diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan
sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari
pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan
ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam
menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang
peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang
membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan orang lain. Dengan
demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang
anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan
apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah
mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan
pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri.
Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi
lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena
pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk
lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk
awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan
Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat
egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah
mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal
penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama
perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk,
seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga
klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak dapat
diketahui hanya jika dianalisis dan ditafsirkan. Kedua, kemampuan
kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan,
sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk
mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil
seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap
aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif
berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang
sosiokultural.
The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah ini jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi orang lain yang lebih
tahu. MKO mengacu kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih
tinggi dari pelajar, dalam hal ini termasuk guru, teman sebaya, atau
bahkan komputer.
Seorang pelajar perlu berinteraksi dengan orang yang
mempunyai pengetahun lebih dari dirinya. Karena hal tersebut akan lebih
memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan sosial kognitif
pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor interaksi sosial
dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci
perkembangan kognitif anak.
Perkembangan Bahasa
Bagi Vygotsky
bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya,
satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran
berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar
menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam
tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk
menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan
masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret,
percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari
dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu
siswa mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana
mengasimilasi pengalaman, pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan
mereka untuk tahu dari pembentukan pengertian baru ini. Pada bagian ini,
dapat dilihat permulaan aliran konstruktivisme, peranan pengalaman
siswa dalam belajar, dan cara mengasimilasi pengertiannya.
Konstruktivisme
adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi
dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini
ditemukan pada abad ke-5 SM. Metode baru ini yang mengkontribusi secara
besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran
konstruktivisme. Penyelidikan atau pengalaman fisik, pengalaman
pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme.
Pendukung
konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan
mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam
pengertian sebelumnya, membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada
proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan
pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses
membantu pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme
percaya bahwa pengetahuan tidak hanya kegiatan penemuan yang
memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan merupakan cara suatu
informasi baru berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.
Para
konstruktivisme menekankan peranan motivasi guru untuk membantu siswa
belajar mencintai pelajaran. Tidak seperti behaviourist yang menggunakan
sanksi berupa reward, konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal,
seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat daripada reward eksternal.
Konstruktivisme
yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 dan yang bekerja sebagai
ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky. Beliau sangat tertarik pada
efek interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Vygotsky
mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada
situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subjek yang dipelajari
berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin
ilmu mempunyai metode pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang
guru yang tertarik untuk mendesain kurikulum sebagai fasilitas dalam
interaksi siswa.
Aplikasi dan Implikasi Teori dalam Pendidikan
Agar
pembahasan tentang teori Vygotsky langsung terasa bagi usaha
pengembangan kognitif, banyak usaha konkret yang dapat dilakukan dalam
mengaplikasikan teori tersebut, misalnya:
1. Teori Vygotsky menuntut
pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas belajar.
Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif.
Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator
konstruksi siswa.
2. Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus.
3.
Banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang
bukan hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam
perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya
lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.
Analisis Psikologi Pendidikan
Analisis
awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama
yang menjadi sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial
dan budaya lebih berperan dalam pengembangan kognitif anak. Inti
penekanan teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di
luar dirinya yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian,
zone proximal development anak semakin meningkat.
Teori Vygotsky
tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan kognitif
mengalami keselarasan dengan pandangan dalam psikologi pendidikan.
Dalam filsafat pendidikan pun beranggapan bahwa manusia membutuhkan
pendidikan untuk bertahan. Manusia membutuhkan bahasa untuk mampu
mendapatkan pengetahuan atau ia mempelajari bahasa yang berfungsi
sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam bahwa proses
transfer ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai
sarananya.
Kemudian dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa unsur
yang menjadi agen perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat
bimbingan dari orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih dari
dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam
bentuk spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori
Vygotsky di atas juga mengalami keselarasan dengan teori dalam
psikologi pendidikan. Dalam psikologi pendidikan kita dapat menemukan
beberapa konsep tentang agen-agen perubahan untuk membantu anak
mengembangkan kognitifnya. Agen-agen perubahan dalam psikologi
pendidikan adalah keluarga dan negara. Agen-agen perubahan seolah-olah
menjadi tombak dalam usaha mengembangkan kognitif atau intelektual.
Peran mereka sangat sentral dalam membantu anak mengolah pengetahuan
spontan mereka menjadi pengetahuan yang lebih tertata, sistematis, dan
logis.
Kesimpulan
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam teori
Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya pokok
bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori Vygotsky anak perlu
berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat
kita temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat
sentral bagi berkembangnya kognitif. Bahasa menjadi alat transfer ilmu.
Beberapa konsep dalam psikologi pendidikan juga selaras dengan teori
pengembangan kognitif Vygotsky. Psikologi pendidikan telah memberikan
landasan filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.
Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.
http://www.scribd.com/doc/35776081/teori-vygotsky
(Diakses pada 19 Februari 2011, pukul 18.06 WIB)
http://netsains.com/2009/02/pembelajaran-lanjutan-dengan-teori-konstruktivis/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa
pertanyaan yang pokok dalam teori perkembangan kognitif adalah: dengan
alat dan cara apa orang mempereroleh pengetahuan, menyimpan, dan
menggunakannya?. Pada prinsipnya hal ini berhubungan dengan alat-alat
pengenalan dan bentuk-bentuk pengenalan. Kognisi adalah pengertian yang
luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengertian.
Psikolog Rusia yaitu Lev Vygotsky telah
banyak mempengaruhi psikologi perkembangan dalam hal perkembangan
kognisi. Dia telah memberikan banyak pendapat dan dorongan dalam hal
perkembangan kognisi.
Lev Vygotsky dapat menjadi demikian terkenal
dan penting peranannya dalam dunia psikologi karma teori-teori,
metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang di kembangkannya sangat
orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dulu di
temukan orang lain. Ia tertarik khususnya pada penyelidikan-penyelidikan
teoritis maupun eksprerimentil terhadap perubahan-perubahan kwalitatif
pada struktur kognitif selama proses perkembangan dan berusaha
menerangkannya dalam bahasa matematika logis.
Mempelajari teori
kognitif Vygotsky akan sangat berguna bagi para pendidik dalam membantu
perkembangan anak didiknya. Beberapa prinsip dalam konsep Vygotsky bisa
kita gunakan dalam system pembelajaran agar perkembangan anak didik
menjadi maksimal. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua.Amin
B. Rumusan masalah
Di dalam makalah ini kita akan membahas tentang:
1. Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut konsep vygoysky?
2. Apa pengertian dari Zona Perkembangan Proximal dan konsep Scafolding?
3. Bagaimana penerapan konsep Vygotsky dalam system pembelajaran?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui teori perkembangan kognitif menurut konsep vygoysky.
2. Mengetahui pengertian dari Zona Perkembangan Proxima dan konsep Scafolding
3. Mengetahui penerapan konsep Vygotsky dalam system pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Perkembangan Kognitif menurut Konsep Vygotsky
Perkembangan
kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial
yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan
Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah
abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar
ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky
menulis di Uni Sofiet selama sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun
karyanya baru dipublikasikan diduia barat pada tahun 1960an. Sejak saat
itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat berpengaruh didunia. Vygotsky
juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa
perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya
berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan
pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk
gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan
tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan
dari lingkungannya juga.
Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:
1.
Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru
dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
2. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
3. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Sumbangan
psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana
otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi.
Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang
lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan
strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi
peran penting pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka
membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis
pengetahuan. Tiga, merka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan
diperoleh manusia dan diproses didalam sistem memori otak.
Para ahli
psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam
memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior
knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu
yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah
kepada suatu pengalaman baru.
Menurut teori Peaget Perkembangan
kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak
dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. seorang anak tidak
dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara
bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Tapi
Vygotsky tidak sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada
pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan
pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal
pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal
dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat
disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi
saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari
disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya.
Banyak
developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan yang
sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan
social budaya. Teory Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan
manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan
sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang
melibatkan pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat
seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan. Vygotsky lebih
banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif dari pada Peaget.
Bagi Peaget bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap
perkembangan yang cukup maju. pengalaman bahasa anak tergantung pada
tahap perkembangan kognitif saat itu. Pada kenyatannya, Kebanyakan
anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat mudah. Bahkan saat anak
mulai bisa melihat dunia. Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk
memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang
bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau
berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah
imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru,
kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak
membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan
pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa
yang baik.
Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa
anak-anak dari berbagai konteks social yang luas menguasai bahasa dari
ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Seperti halnya saat anak
menangis, menangis merupakan bahasa anak saat meraka belum bisa
berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka
menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa
biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh
dan guru. Karena dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan
kosakata. Suatu lingkungan juga yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam
penguasaan bahasa pada anak. Perkembangan pemahaman bahasa pada anak
bukan saja dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lngkungan
bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting. Karena bahasa
berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan
sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Vygotsky juga menekankan
bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang
yang sudah terampil didalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky
pada peran kebudayaan dan sosial didalam perkembangan kognitif berbeda
dengan teori Peaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian.
Karena Peaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan
individual. Sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang
dewasa dan anak anak lain dalam memuahkan perkembangan si anak..Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar
seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun,anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam
dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Vygotsky juga
menekankan baik levelkonteks sosial yang bersifat inter personal. Pada
level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan
alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti
sekolah, penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada
anak suatu norma-norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing
hidupnya.level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung
pada kefungsian mental anak. Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan
dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social
langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social
yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan
anak menjadi matang.
B. Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding
1. Zone proximal Development
Zona
proximal Development ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas
yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang
dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau
anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah
level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja
secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab
tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang
instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan
keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social terhadap
perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social.
ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran,akan
tetapi IQ menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD
menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang
bersifat interpersonal dan dinamis yang tergantung pada paling sedikit
dua pikiran, dimana yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari
yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecilyang baru berjalan memberi
contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru berjalan itu
harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang
menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan
untuk melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat
yang di persyaratkan oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling
menyesuaikan persyaratan masing-masing.
Dalam suatu penelitian
tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar berjalan dengan
ibunya,pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah masalah
yang terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan
berbagai kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para
ibu di minta mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untik mendorong
pembelajaran dan pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa
bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi
pada akhirnya bersatu.
Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan
pemikiran dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul
eksternal atau sosia. Anak-anak harus menggunakan basa dan
mengkomunikasikannya kepada orang lain sebelum mereka berfokus ke dalam
proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus
berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode
waktu yang lama sebelum transisi dari kemampuan bicara secara eksternal
ke internal berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3
hingga 7 tahun dan meliputi berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah
beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi hakekat kedua anak-anak dan
mereka dapat bertindak tanpa menverbalisasikannya. Bila ini terjadi
anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris
dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak.
Teori
Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran.
Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling
awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada
percakapan anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi
nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri mereka untuk mengatur
perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka (Duncan, 1991).
Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang
egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Meskipun
pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri bebrapa konsep melalui
pengalaman. sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih
maju dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak
akan mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang
lain.
Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah
antara actual development dan potensial development, dimana antara
seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan
apakah seorang anak dapat melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa
atau kerja sama dengan teman sebaya. Zona perkembangan proximal menitik
beratkan pada interaksi social akan dapat memudahkan perkembangan anak.
Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya disekolah sendiri,
perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan
siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang
dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih
kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat
mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik.
2. Konsep scafolding
Selain
teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu
tentang “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar
kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak
tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih
tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain
yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:
1.
Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah
yang efekif dalam masng-masing zone of proximal development mereka.
2.
Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding.
Jadi teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social
sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam
model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi
antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha
menemukan konsep-konsep danpemecahan masalah.
Pengaruh karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh smith
1.
Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan yang lebih
penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran
yang diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis
diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak
dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap
kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak
bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan
scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa
disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif
anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu
(individual discoveri learning) kerja kelompok secara kooperatif
tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok
kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman
sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal
didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya
ini dengan menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif
membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja
melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding
yang sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran dalam berbagai cara. Dalam prespektif pengikut vygotsky –
bruner, perintah-perintah dilayar komputer merupakan scaffolding. Ketika
anak menggunakan perangkat lunak atau software pendidikan, komputer
menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail seperti yang diisyaratkan
sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi beberapa anak
dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor bagi
teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru
bisa bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang
memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi
masing-masing anak.
C. Penerapan dalam pembelajaran
Hoover,
peneliti dari Texas University of Austin yang juga CEO pada southwest
educational development labolatory menyatakan: constructivism’s central
idea is that human learning is contructed, that learners buld new
knowledge upon the foundation of previous learning. This view of
learning sharply contrasts with one in which learning is the passive
transmission of information fro individual to another, a view in which
reception, not contruction, is key. Ada dua hal penting disini yang
berkenaan dengan pengetahuan yang dikontruksi oleh pelajar. Pertama
adalah pelajar membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa
yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada
“tabularasa” dimana pengetahuan digoreskan. Pelajar akan memasuki
suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang diterima akan dihubungkan
dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan pengetahuan yang sudah
dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan pengetahuan yang baru.
Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tulisannya yang
mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai dengan
“convergentie theorie”. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak
terlahir ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua
tulisan itu masih kabur atau suram. Tugas pembelajaran adalah membantu
anak untuk mempertebal tulisan-tulisan yang bersifat baik sehingga kelak
dapat berubah menjadi ilmu yang berguna dan budi pekerti yang baik.
Sedangkan tuisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar bertambah
suram atau bahkan menghilang. Ki Hajar menentang teori tabula rasa yang
menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa
saja oleh pemelajar, atau teori aliran negative yang menganggap anak
lahir bagaikan kertas yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat
diubah isinya . Kedua adalah bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan
bukan pasif. Pelajar akan membandingkan apa yang baru dipelajarinya
dengan apa yang diketahuinya. Jika terdapat perbedaan, maka pelajar akan
mencoba mengakomodasikan apa yang baru dipelajarinya dengan
memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimilkinya. Dalam proses
ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pelajar yang akan diakhiri
dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima.
Salah satu landasannya adalah teori tidak kesesuaian kognitiv dari
festinger (cognitive dissonance theory). Teori ini dikemukakan oleh
festinger dalam bukunya yang berjudul A Theory of Cognitife dissonance.
Menurut teori ini, ada kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu
melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya misalnya kepercayaan
dan opini. Jika terjadi tidak kekesuaian antara sikap dengan prilaku
(attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk mehilangkan
disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal, ada perbedaan sikap
dan perilaku, maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi
perilaku. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak sesuaian
tersebut yaitu:
1. jumlah disanonsi keyakinan
2. kepentingan yang ada dalam masing-masing keyainan
Untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:
1. mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan
2. menembah kesesuain keyakinan melebihi disonansi keyakinan
3. merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi
Disonansi
sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pelihan
antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian.
Disonansi terbesar terjadi jika kedua elternatif memiliki tingkat
atraktif yang sama. Perubahan sikap biasanya terjadi dalam arah yang
memilki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya adalah disonansi
yang lebi kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori
prilaku umum yang menganggap perubahan perilaku terbesar akan kearah
peningkatan insentif.
Maddux, cleborne d Johnson, d lamont dalam
tulisannya mengenai teori kontrutifis membagi paham kontruktivis kedalam
dua aliran, yaitu paham kontruktivis kogitif dan paham kontruktivis
social. Kontruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang dibuat oleh
ahli psikologi perkembangan Swiss dan Peaget. Teori Peaget ini
mengandung dua unsur pokok yaitu, umur dan tahap perkembangan. Melalui
kedua unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan
oleh seorang anak berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang
menjelaskan bagaimana seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.
Perkembangan
termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat sehingga
anak-anak dapat berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang
lain. Internalisasi ini disebut pengaturan diri (self regulation).
Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah
mempelajari bahwa segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam
pengembangan struktur-struktur internal dan pengaturan diri adalah
latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan mendatangkan
perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat dan
memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, dengan
melibatkan anak berdiskusi dan berfikir (reasoning) dalam mempelajari
segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa yang telah
dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi “inner speech” atau
“inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal bagi
anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, dikemudian
hari ia akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta
kekuatan yang dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan
membantu anak untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi atau
meta-cognition. Proses seperti ini dapat membuatnya menjadi manusia
spiritual, yaitu manusia yang tahu siapa dirinya, dan mempunyai
kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas dan
alam semesta.
Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan
pengembangan yang dibuat oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada
lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi
Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur
kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi
jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai
zone of proximal development. Dalam konsep ini seorang anak dapat
memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa yang
tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih
mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat
menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan
bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya didapat didalam
sekolah tapi diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada
hubungannya dengan sekolah. Disini para pendukung kontruktivisme yakin
bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita aka memperoleh informasi, dan
dapat menggabungkan pengalaman yang didapat sebelumnya dengan pengalaman
yang baru. Dengan kata lain pada proses belajar masing-masing pelajar
harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip dasar dalam
penerapan teori Vygotsky yaitu:
1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
3.
Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata
mereka
4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah
BAB III
KESIMPULAN
•
Teori Vgotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari
teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek
internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori
Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing
individu dalam konsep budaya.
• Zona perkembangan proximal ( ZPD )
ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk
dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih
terampil.
• Teori kontrukivis social dibangun berdasarkan
pengembangan yang dibuat oleh lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada
lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi
Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur
kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi
jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai
zone of proximal development. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan
teori Vygotsky yaitu:
1. belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. seorang yang lebih dewasa dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
3.
pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata
mereka
4. pengalaman anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, Ki Hajar, Dasar-dasar Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Jogjakarta; 1977.
Http://Anwarholil.blogspot.com/2008/04/Teori-Vygotsky
Http://ipotes.wordpress.com
Http://rufmania.multiply.com/perkembangan-kognitif
Http://valmband.multiply.com
Http://viking.coe.uh.edu/ebook/et-it/social.hatm
Http://wikipedia.org/wiki/teori-perkembangan-kognitif
Http://www.al-azhar.ac.id/konsep-vygotsky
Santrock, John W, 1995, Perkembangan masa hidup, edisi 5 jilid 1, Jakarta, Erlangga TEORI LEV VYGOTSKY (1896-1934)
Posted: February 12, 2011 by rushexor in artikel
0
Lev
Vygotsky adalah seorang filosof Rusia yang idenya mempunyai peran
penting dalam memahami budaya, interaksi sosial dan peranan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin
besar ketika memasuki akhir abad ke-20. Ia dipengaruhi oleh Pavlov dan
beranggapan bahwa perkembangan secara langsung dipengaruhi oleh
perkembangan sosial. Istilah yang sering digunakan adalah : dampak
sosial, scaffolding, and zone of proximal development (ZPD).
Lev
Vygotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget, konstruktivisme
sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak
dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan
fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek
internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam
belajar. Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu
pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman
filosofi pada teori ni ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika
Socrates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan
sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan
logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk
memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
a. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
b. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
c.
Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata
mereka
d. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah
Para
ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan
dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal
(prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman
individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang
ia bawah kepada suatu pengalaman baru. . Kita perlu mengenalkan bahasa
sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar
perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk,
berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan
respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita
hasilkan adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya.
Kita tidak membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita
memerlukan pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh
keterampilan bahasa yang baik. Bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan
suatu komunikasih itu digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan
masalah.
Interaksi sosial yang dipelajari anak berasal dari orang
yang berkemampuan intelektual diatas anak tersebut. Umumnya anak
mempelajari orang lain diatas umurnya atau orang dewasa. Disini guru
berperan sebagai pengarah dan pemandu kegiatan siswa dan mendoronh siswa
yang mampu untuk bekerja mandiri. Tidak hanya itu, guru juga bertindak
sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Menurut
Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian
pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar
belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
Vygotsky
menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan,
perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat
ingatan.
Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang
relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan
memusatkan perhatian. Namun,anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental
yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur
menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang
dunia.
Pengalaman anak diluar sekolah, harus dihubungkan dengan
pengalaman mereka disekolah. Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan
Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa,
bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah berbasis sosial,
sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifar
egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri
mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka
(Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak
kecil yang egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif
mereka.
Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam
keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung.
Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang
berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak
menjadi matang.
Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan
ketrampilan yang penting untuk pemecahan masalah secara mandiri,
seperti diskusi dan praktek langsung. Zone of Proximal Development
adalah wilayah dimana anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang
kompeten. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah
yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas
yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di
terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu.
Penilaian
belajar dilakukan dengan menggunakan cheklist, review, atau pertanyaan.
Sedangkan penerapan teknologi untuk belajar adalah dengan pemakaian
visualisasi, contoh grafis, pengalaman dunia nyata yang terkait dengan
kebutuhan siswa.
Aplikasi teori kognitif terhadap pembelajaran siswa
Belajar
merupakan proses aktif untuk membangun pengetahuan. Proses aktif yang
dimaksud tidak hanya secara mental namun juga secara fisik, artinya
secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses
asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan. Ciri
pembelajaran dalam pandangan kognitif:
a. Menyediakan pengalaman
belajar berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga
belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
b. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
c.
Mengintegrasikan pembelajaran dengan sesuatu yang realistik yang
melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami konsep melalui
kenyataan kehidupan sehari-hari.
d. Mengintegrasikan pembelajaran
sehingga terjadi kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan
lingkungan. Misalnya kerjasama antara siswa-guru, siswa-siswa.
e. Memanfaatkan berbagai media untuk komunikasi.
f. Melibatkan emosional siswa sehingga menjadi menarik dan siswa mau belajar.
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah :
a. Menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan.
b.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi untuk
memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky dikelas :
a. Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.
b. ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran.
c.
Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam ‘dunia nyata’
mereka.